Tim Pengabdian UM Dorong Penerapan Model Pembelajaran Laboratorium Untuk Pembelajaran PPKn di SMK Negeri 3 Malang

Dalam upaya menjawab tantangan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang dinamis dan kontekstual, Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abdimas) Departemen Hukum dan Kewarganegaraan Universitas Negeri Malang (UM) mengambil langkah strategis. Mereka mendorong penerapan Model Pembelajaran Berbasis Laboratorium untuk mata pelajaran PPKn di SMK Negeri 3 Malang. Inisiatif ini diwujudkan melalui serangkaian kegiatan pelatihan intensif bagi para guru PPKn yang menandai adanya terobosan baru dalam pendekatan pembelajaran di lingkungan pendidikan vokasi.

Kegiatan ini merupakan respon terhadap kebutuhan mendesak untuk kembali lebih menghidupkan pembelajaran PPKn yang kerrang dianggap terlalu teoritis dan kurang menyentuh realitas kehidupan nyata peserta didik SMK. Tim Abdimas yang diketuai oleh Dinda Delfina,S.H., M.H dari Departemen Hukum dan Kewarganegaraan bersama anggota Adinda Dwi Larasati, S.H., M.H, Fadhila Putri Sakina, S.Ap., M.AP, dan Andhika Yudha Pratama, S.Pd., M.Sc merancang program yang berfokus pada penguatan kompetensi guru dalam merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan pembelajaran PPKn dengan memanfaatkan laboratorium.

Dinda Delfina dalam sambutannya mengatakan bahwa konsep laboratorium di sini bukanlah ruang berisi tabung reaksi atau mikroskop, tetapi sebuah ruang atau pendekatan belajar yang memfasilitasi peserta didik untuk melakukan eksperimen sosial. Para peserta didik dapat mengobservasi fenomena sosial-politik, menganalisis kasus nyata, berdebat secara konstruktif, bahkan dapat menguji nilai-nilai Pancasila dalam konteks yang relevan dalam kehidupan sehari-hari.

Harapan dari model ini adalah mampu mengatasi beberapa kelemahan pembelajaran PPKn konvensional. Guru seringkali terkendala oleh metode ceramah yang monoton, materi yang abstrak, dan bahkan kesulitan dalam menunjukkan relevansi langsung Pancasila dan Kewarganegaraan dalam dunia kerja yang akan dihadapi oleh peserta didik SMK. Pembelajaran berbasis laboratorium ini menawarkan solusi melalui pendekatan pembelajaran berbasis pengalaman dan penemuan.

Antusiasme tinggi ditunjukkan oleh para guru SMK Negeri 3 Malang selama pelatihan, Bapak Doni sebagai salah satu peserta mengungkapkan, “selama ini kami sering kesulitan membuat PPKn benar-benar menjadi hidup dan relevan bagi siswa SMK yang fokusnya kepada keterampilan praktis. Konsep laboratorium ini menjadi lebih membuka lagi semangat kami untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk peserta didik. Sebagai contoh adalah teknik simulasi sidang yang sangat mungkin dilakukan dan pasti akan membuat peserta didik merasa tertarik dengan pembelajaran yang dilaksanakan”.

Program pengabdian ini diharapkan memberikan dampak nyata yang signifikan. Antara lain adalah peningkatan kompetensi guru PPKn, peningkatan kualitas pembelajaran PPKn, peningkatan keterampilan abad 21 peserta didik, pemanfaatan sumber daya fasilitas, serta sebagai model percontohan bagi sekolah lain di Malang Raya dan sekitarnya.

Tim Abdimas Departemen Hukum dan Kewaganegaraan UM juga menyiapkan rencana pendampingan lanjutan untuk memastikan implementasi berjalan lancar. Hal ini dikatakan oleh Bu Fadhila yang mengatakan bahwa “kami akan melakukan monitoring dan evaluasi serta akan siap menjadi konsultan apabila guru menemui kendala dalam menerapkan model ini”. Dengan didorongnya penerapan model pembelajaran berbasis laboratorium, menjadikan tim Abdimas HKn UM meletakkan pondasi bagi transformasi pembelajaran kewarganegaraan di SMK Negeri 3 Malang. Pembelajaran yang hanya hafalan teori kemudian menuju pengalaman nyata, membentuk peserta didik yang terampil di bidangnya dan menjadi warga negara yang cerdas, kritis, dan bertanggung jawab di tengah masyarakat global.

Kolaborasi anatara dunia akademik (UM) dan dunia praktik pendidikaan (SMK Negeri 3 Malang) ini menjadi bukti nyata komitmen untuk memajukan kualitas pendidikan karakter bangsa.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Jejak Perempuan di Dunia Akademis: Dari Marginalisasi ke Kesetaraan

Selama berabad-abad, dunia pendidikan didominasi oleh laki-laki. Akses terhadap ilmu pengetahuan secara sistematis tertutup bagi perempuan karena konstruksi sosial dan budaya patriarki memosisikan mereka hanya pada ranah domestik. Baru pada abad ke-20, pintu menuju pendidikan tinggi mulai terbuka bagi perempuan.

Di Balik Senyum Ceria Badut Ada Perjuangan di Balik Topeng Mereka

Mungkin bagi kebanyakan orang, badut hanyalah sosok penghibur dengan riasan wajah mencolok, topeng yang lucu dengan tingkah yang konyol. Namun, bagi kami, pekerjaan badut merupakan cerminan dari realita sosial yang seringkali terabaikan dan dianggap remeh oleh masyarakat dan pemerintah setempat. Fenomena badut jalanan ini banyak melibatkan anak-anak dan orang dewasa di berbagai kota Indonesia, hal ini menunjukkan adanya masalah sosial.

Hidup di Tepian Rel: Keterpaksaan atau Tuntutan

Perkembangan penduduk yang saat ini meningkat, yang tidak di imbangi dengan lapangan pekerjaan yang cukup menuntut masyarakat desa untuk melakukan urbanisasi yaitu pindah dari desa ke kota untuk mencari pekerjaan yang layak untuk menghidupi keluarganya. hal ini merupakan pemicu adanya ledakan penduduk di kota-kota besar, masyarakat yang datang ke kota untuk mencari pekerjaan dan merasa nyaman akhirnya memilih hidup di kota bersama keluarga.

Pandangan Stigma Pembagian Masyarakat Terhadap Perempuan Yang Bekerja Sebagai Ojek Online Di Kota Malang

Perkembangan zaman yang pesat, telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal peran dan posisi perempuan di masyarakat. Dulu, perempuan lebih sering diidentikkan dengan tugas-tugas domestik, seperti mengurus rumah tangga, mengasuh anak, dan menjalankan pekerjaan yang dianggap “lembut” atau tidak membutuhkan mobilitas tinggi. Namun, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kesetaraan gender

Mereka Menyamar dan Menghancurkan: Inilah Wajah Asli Cyber Grooming

Teknologi komunikasi berkembang pesat di era globalisasi ini, memberikan akses luas ke dunia digital bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak dan remaja. Dunia digital menawarkan banyak manfaat, di antaranya memperkaya sumber belajar dan memperluas jejaring sosial. Namun di balik kemudahan itu, tersembunyi ancaman berbahaya yang kerap luput dari pengawasan, yakni cyber grooming.

Artikel Terbaru

Scroll to Top